Tuesday, September 28, 2010

Pagerwesi, Payogan Hyang Pramesti Guru



Masa-masa SMA di Magelang menjadi fase dalam hidup saya di mana saya menjadi prbadi yang rajin bersembahyang ke pura. Awalnya memang merupakan kewajiban yang tak biasa karena tidak seperti di Bali, kami tidak hanya ke pura saat hari besar Hindu dan Purnama Tilem, namun juga setiap hari Minggu. Belakangan saya menjadi terbiasa dan kebiasaan itu terbawa hingga kini setelah saya bekerja. 

Di Magelang hanya ada satu pura yaitu Pura Wira Buana yang berada di sebelah pintu masuk Akademi Militer dari arah Banyurojo. Piodalan pura ini jatuh pada Rebo Kliwon Sinta yang juga bersamaan dengan hari raya Pagerwesi bagi umat Hindu di Indonesia. Mungkin banyak dari teman-teman non Hindu bahkan rekan sedharma yang belum mengetahui apa itu Pagerwesi. Bertepatan dengan Pagerwesi pada hari ini, 29 September 2010, saya akan mencoba sedikit menyarikan tentang Pagerwesi dari berbagai sumber.

Dalam konsep Siwa Paksa dalam ajaran Hindu, pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi sebagai  guru tertinggi di bhuwana alit dan bhuwana agung (Hyang Pramesti Guru) dilaksanakan pada saat Pagerwesi. Hyang Pramesti Guru adalah salah satu manifestasi Siwa untuk melebur hal-hal buruk di dunia. Hyang Pramesti Guru menjadi guru utama umat manusia untuk menuntun kehidupan umat manusia.

 

Kata Pagerwesi berasal dari gabungan akar kata pager yang berarti pageh, sengker, atau pagar sedangkan wesi berarti besi. Secara sederhana oleh orang Bali kata Pagerwesi diartikan memagari diri atau ngemagehang awak, dari hal-hal buruk tentu saja. Seperti halnya Galungan, Kuningan, dan Saraswati, Pagerwesi merupakan rerahinan gumi (perayaan bumi) yang dilaksanakan oleh seluruh umat Hindu.

Pada saat Pagerwesi, umat Hindu hendaklah ayoga semadhi, yakni menenangkan hati serta menunjukkan sembah bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Juga pada hari ini diadakan widhi widhana (sesajian) seperlunya, dihaturkan dihadapan Sanggar Kemimitan disertai sekedar korban untuk Sang Panca Maha Butha.


 Widhi-widhananya ialah: suci, peras penyeneng sesayut panca-lingga, penek rerayunan dengan raka-raka, wangi-wangian, kembang, asep dupa arum, dihaturkan di Sanggah Kemulan (Kemimitan). Yang di bawah dipujakan kepada Sang Panca Maha Bhuta ialah Segehan Agung manca warna (menurut urip) dengan tetabuhan arak berem. Hendaknya Sang Panca Maha Bhuta bergirang dan suka membantu kita, memberi petunjuk jalan menuju keselamatan, sehingga mencapai Bhukti mwang Mukti.

DI India juga terdapat perayaan yang identik dengan Pagerwesi yang bertujuan untuk melakukan pemujaan terhadap guru yaitu Guru Purnima dan Walmiki Jayanti.Upacara Guru Purnima adalah hari raya pemujaan untuk Guru suci yang ditekankan pada pemujaan pada Resi Vyasa berkat jasa beliau mengumpulkan dan mengkodifikasi kitab suci Weda. Resi Vyasa pula yang menyusun Itihasa Mahabharatha dan Purana. Putra Bhagawan Parasara itu pula yang mendapatkan wahyu tentang Catur Purusartha yaitu empat tujuan hidup yang kemudian diuraikan dalam kitab Brahma Purana

Sementara Walmiki Jayanti dirayakan setiap bulan Oktober pada hari Purnima. Walmiki Jayanti adalah hari raya untuk memuja Resi Walmiki yang amat berjasa menyusun Ramayana sebanyak 24.000 sloka. Ke-24.000 sloka Ramayana itu dikembangkan dari Tri Pada Mantra yaitu bagian inti dari Savitri Mantra yang lebih populer dengan Gayatri Mantra.
Ke-24 suku kata suci dari Tri Mantra itulah yang berhasil dikembangkan menjadi 24.000 sloka oleh Resi Walmiki berkat kesuciannya. Sama dengan Resi Vyasa, Resi Walmiki pun dipuja sebagai adiguru loka yaitu mahagurunya alam semesta. 

Disarikan dari berbagai sumber (Web PHDI, Web Babad Bali)

No comments: