Wednesday, September 29, 2010

Pedagang Buah dan Hariman Siregar (#Catatan Ngawur)



Indonesia pernah mencatat, pada tanggal 15 Januari 1974 Hariman Siregar memimpin demonstrasi 400-an mahasiswa untuk menolak kedatangan PM Jepang saat itu, Kakue Tanaka ke Indonesia. Saat itu Jakarta penuh asap dan bara api berasal dari pembakaran mobil-mobil buatan Jepang, yang dibakar mahasiswa ditambah ribuan masyarakat luas sebagai simbol perlawanan atas hegemoni Jepang terhadap perekonomian Indonesia. Peristiwa tersebut akhirnya sebagai Malapetaka 15 Januari, disingkat Malari.Pada tanggal 15 Januari 2007 Hariman Siregar memimpin 400-an demonstran menuntut pencabutan mandat rakyat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla yang disebutnya selama dua tahun ini tak kunjung memberikan kesejahteraan kepada rakyat.

Jauh  setelahnya, tepatnya hari ini, saya mengalami peristiwa menarik yang berkaitan dengan Hariman Siregar. Bukan peristiwa politik atau pergerakan mahasiswa. Setelah makan siang tadi, saya sedang ingin makan buah, maka saya menuju dagang buah di depan kantor saya di sekitar Lapangan Banteng. Sepintas tak ada yang menarik dari sang penjual. Figur pedagang kaki lima pada umumnya. Berlilit handuk di leher, berkemeja kusam, bercelana panjang dilinting sempai batas lutut, dan berdialek daerah. Tapi ada satu hal yang mengelitik hati saya yaitu pisau buah yang beliau gunakan. Pisau dapur stainless yang bentuknya cekung ke bagian dalam mirip keris Jawa yang tidak mengular. Saya pun bertanya, "Pak, ini pisau kok aneh ya?". Beliau dengan santai menjawab (tentu dengan dialek khas daerahnya), "Kebanyakan diasah, Mas". Kembali saya keheranan," Lalu untuk apa tetap digunakan?". Sang penjual menjawab, " Ini pisau ada kenangannya, Mas, sejak saya pertama kali datang ke Jakarta tahun 70-an, waktu itu jamannya demonstrasi Pak Hariman Siregar ." Hariman Siregar tampaknya sangat melekat di hati bapak ini karena tepat sang bapak datang ke Jakarta, tepat terjadi Peristiwa Malari yang kebetulan saja mencuatkan nama Hariman Siregar.

No comments: