Friday, March 25, 2011

Wadu Pa'a, Siwa Budha yang Tersisa di Bima




Menelisik dan mencari tahu kehidupan pada zaman sebelum kita adalah agenda yang tak akan pernah berhenti di nusantara. Banyak artefak dan literatur yang mengguratkan beberapa fakta gamblang maupun terselubung mengenai keluhuran budaya era leluhur. Sayangnya beberapa dari kita menganggap bahwa produk budaya zaman tersebut adalah hasil karya zaman batu yang tidak relevan lagi menjadi kebanggaan kita sebagai sebuah bangsa. Padahal tak pernah habis hasil karya bangsa dan nusantara dari berbagai era untuk digali. Salah satu contoh produk "zaman batu" adalah candi-candi. Selama ini, persebaran letak candi yang ditemukan sebagian besar di Pulau Jawa, utamanya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Fakta ini memang diperkuat dengan studi yang menyatakan bahwa sebagian besar kerajaan bercorak Siwa-Buda dan Paganis terletak di wilayah ini. Namun bukan berarti di daerah lain tidak terdapat landmark-landmark sejenis. Kabupaten Bima juga memiliki landmark hampir serupa, setidaknya ada satu yang cukup besar. Situs Wadu Pa'a terbagi menjadi dua wilayah yaitu Wadu Pa'a Satu dan Dua dengan wilayah yang terpisah kurang lebih 100 meter. Dari dermaga kecil tempat perahu tertambat kita langsung mendapati situs Wadu Pa'a Dua. Kondisi situs ini sebenarnya tidak begitu buruk dengan adanya pemagaran dan penetapan statusnya sebagai benda cagar budaya. Namun yang patut disayangkan adalah seringkali terdapat kambing yang masuk ke areal situs dan membuang kotoran secara sembarangan dan mengurangi estetika di sekitar situs.


Di situs Wadu Pa'a Dua ini terdapat 5 arca lingga dengan 2 diantaranya (sepertinya) sudah lapuk dimakan zaman, pahatan arca mirip Sang Budha Gautama yang juga sudah memudar. Pahatan tersebut juga tampak kurang terlihat artistik mungkin karena kondisinya yang sangat tua atau mungkin saja karena tidak dipahat oleh ahli pahat namun oleh orang awam biasa. Di tebing itu juga terdapat pahatan arca mirip Ganesha namun kondisnya sudah hampir tidak berbentuk. Kembali lagi usia dan faktor alam yang membuatnya rusak dengan sendirinya. Yang masih nampak cukup jelas adalah pahatan dengan citra mirip meru dan satu pahatan mirip sejenis genta ataupun kendi air. Dilihat dari letak situs yang berada di walayah utara timur yang menurut kosmologi Hindu cocok menjadi tempat penyembahan serta bentuk-bentuk relief yang menggambarkan dewa-dewi serta Sang Budha, dapat ditarik kesimpulan kasar jika tempat ini dulunya diperuntukkan sebagai tempat melakukan penyembahan.

Selain situs Wadu Pa'a Dua, seratus meter jauhnya, terdapat situs Wadu Pa'a Satu yang suasananya sedikit gelap karena terdapat sebuah pohon yang sangat besar. Untuk masuk mendekati tebing berpahat ini kita perlu memanjat pagar, karena tak seperti situs Wadu Pa'a Dua yang pagarnya tidak dikunci, situs Wadu Pa'a satu terkunci rapat. Di situs Wadu Pa'aSatu ini juga terdapat beberapa relief mirip meru dan candi-candi di Jawa dengan bentuk mirip puncak Candi Prambanan dan Candi Angkor Wat di Kamboja. Bentuk-bentuk ini juga mirip payung raksasa yang terlipat. Memang perlu penelitian arkeologi yang lebih detail memang. Sama seperti di situs Wadu Pa'a Dua, di wilayah Wadu Pa'a Satu juga terdapat bekas arca lingga yang sayangnya sudah tidak berbentuk lingga sempurna. Kawasan ini memang relatif lebih teduh dibanding Wadu Pa'a Dua karena tebingnya yang membentuk cekungan horisontal dan membuat ruangan beratap tebing . Kurang jelas apakah cekungan ini merupakan buatan manusia atau terbentuk dari proses metamorfosis dan sedimentasi batuan.

Melihat dari begitu banyak hal yang belum terungkap dengan jelas mengenai situs ini dan apa keterkaitannya dengan Kerajaan Bima pra kesultanan perlu sekali ada penelitian lebih lanjut. Di situs Wadu Pa'a Satu pula saya melihat tulisan di batuan yang hurufnya merupakan aksara kuno dan membutuhkan ahli aksara kuno untuk mengungkap secara jelas apa yang dimaksud dengan tulisan tersebut. Pengungkapan apa dan bagaimana situs ini secara khusus akan semakin menunjukkan keluhuran budaya nusantara, setidaknya keluhuran budaya era yang selalu disebut zaman batu dulu termasuk produk-produk batunya.

No comments: