Saturday, October 23, 2010

Terima Kasih Mas Gamal Komandoko



Di kalangan masyarakat Indonesia terutama manusia Jawa dan manusia Bali, Mahabarata sangatlah populer. Epos yang berasal dari India dan dengan mudah menyesuaikan diri dengan budaya dan local genius. Kisah perseteruan antara kebaikan dan keburukan, dharma dan adharma, Pandawa dan kadang Kurawa memperebutkan tahta kerajaan Astina (Ngastina dalam Bahasa Jawa). Sangat populer di masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali. Wayang-wayang di ketiga wilayah ini kebanyakan menceritakan dengan epos Mahabarata, di samping Ramayana juga. Klimaks epik Mahabarata adalah saat terjadinya perang Barata atau Baratayudha untuk memperebutkan tahta yang berakhir dengan kemenangan kadang Pandawa.

Saya tidak akan menceritakan tentang isi dan sejarah Mahabarata dan Baratayudha karena saya baru saja secara sedikit detail mengetahui wiracarita ini. Justru ke-baru tahu-an saya inilah yang ingin saya garisbawahi. Bayangkan, saya yang berumur 22 tahun saja baru membaca epik ini sekarang. Bagaimana dengan adik-adik yang masih kecil. Dengan kedok globalisasi dan kemajuan, produk budaya lama seperti Mahabarata menjadi terkesan dikunokan dan dianggap sudah tidak relevan dengan konteks kekinian. Sang epik dianggap menonjolkan hal-hal yang tidak logis seperti manusia bisa terbang, bisa menghilang dan lain sebagainya. Padahal hal itu tadi hanyalah sebagian kecil. Mahabarata adalah sebuah wiracarita yang penuh dengan ajaran mengenai kepemimpinan, kesetiaan, sikap ksatria, dan perjuangan. Jika dilihat secara menyeluruh, bangsa kita yang sedang sakit dan krisis kepemimpinan yang bersih bisa berkaca pada cerita ini.

Saya sendiri merasa senang karena ada putra Jawa yang mau menyampaikan lagi cara dan bahasa yang lebih mudah dimengerti. Beruntunglah kita ada Mas Gamal Komandoko yang mau dan mampu melakukan hal itu. Menceritakannya dengan cara Jawa, bukan dengan cara India, dan dengan menggunakan bahasa yang sederhana adalah sangat menyenangkan bagi pembaca ringan seperti saya dan kebanyakan anak muda Indonesia. Dengan membaca ini saya telah merasa membantu melestarikan budaya lokal dan tidak mengagungkan budaya leluhur orang. Jangan sampai Ki Lurah Semar nantinya tidak dikenal oleh cucu-cucunya seperti kita. Jadi saya rekomendasikan buku Baratayudha untuk dibaca. Menambah pengetahuan dan melestarikan apa yang telah leluhur kita wariskan. Oh ya, jangan lupa mengucapkan..Terima kasih Mas Gamal Komandoko.

No comments: